Ketika langit bagai kain kumal yang robek disana-sini aku mulai mengamati jalanan yang menurutku mulai lusuh dan ruwet. Ada apa dengan jalanan ? Mengapa banyak orang yang memperdebatkan jalanan kita ? Dan apa sebab orang lebih senang memperdebatkan daripada mematuhi aturan yang ada ? Lebih dari sepuluh tahun aku mencari jawabnya.
Sepuluh tahun yang pedih dan beraroma jalanan tak terasa telah kulewati. Kususuri jalanan dengan perut keroncongan, baju dekil dan aroma yang tak menentu. Sepuluh tahun yang membuatku belajar arti kehidupan. Tempat aku merenungi penderitaan dan terkadang membiarkan mimpi-mimpi indah jadi barang rongsokan.
Dan hidup terus mengalir. Persoalan juga terus mengalir seirama hidup itu sendiri.
Sepuluh tahun tak ada perbedaan jika soalnya adalah persoalan. Bukankah persoalan hari ini tak sama dengan persoalan kemarin dan esok hari ? Mungkin sebab itulah jalanan juga akan terus diperdebatkan karena persoalan terus bergulir memenuhi sendi-sendi kehidupan. Dan tak heran pula bila jalanan sering dibutuhkan untuk menyuarakan persoalan mereka dan juga untuk ajang menunjukkan identitas mereka yang berkepentingan. Jalanan juga sering dijadikan orang untuk mengatasi kegelisahan-kegelisahannya. Tidak selalu kegelisahan yang pahit,terkadang juga manis dan penuh fengan cinta. Tapi kita semua mengerti, dalam hidup ini banyak sekali persoalan.
Ada soal kematian, penghianatan, dendam, ketakutan, keputusasaan, kebencian, sengketa, juga masalah tekanan ekonomi yang semakin meningkat. Tapi jangan lupa, dijalanan juga ada persahabatan, optimisme dan religiusitas. Om Bob Sadino bilang kalau jalanan itu The Real Knowledge. Street Smart ada disana. Karena jika guru sejati adalah realita jehidupan, maka jalanan adalah kampus yang menyenangkan. Dijalanan kita bisa belajar teratur tanpa adanya aturan yang diatur-atur. Itulah enaknya hidup dan belajar dijalan. Kita bisa melihat dan menyuarakan cinta, optimisme sekaligus "kebencian dan dendam". Dijalanan perjuangan mereka adalah kehidupan mereka. Persoalan kalah-menang terletak pada kemampuan untuk menghidupi idealismenya. Karena disana kemenangan sejati justru dicapai pada wilayah kepuasan pribadi. Itulah kearifan jalanan.......
Jalanan |
Sepuluh tahun tak ada perbedaan jika soalnya adalah persoalan. Bukankah persoalan hari ini tak sama dengan persoalan kemarin dan esok hari ? Mungkin sebab itulah jalanan juga akan terus diperdebatkan karena persoalan terus bergulir memenuhi sendi-sendi kehidupan. Dan tak heran pula bila jalanan sering dibutuhkan untuk menyuarakan persoalan mereka dan juga untuk ajang menunjukkan identitas mereka yang berkepentingan. Jalanan juga sering dijadikan orang untuk mengatasi kegelisahan-kegelisahannya. Tidak selalu kegelisahan yang pahit,terkadang juga manis dan penuh fengan cinta. Tapi kita semua mengerti, dalam hidup ini banyak sekali persoalan.
Ada soal kematian, penghianatan, dendam, ketakutan, keputusasaan, kebencian, sengketa, juga masalah tekanan ekonomi yang semakin meningkat. Tapi jangan lupa, dijalanan juga ada persahabatan, optimisme dan religiusitas. Om Bob Sadino bilang kalau jalanan itu The Real Knowledge. Street Smart ada disana. Karena jika guru sejati adalah realita jehidupan, maka jalanan adalah kampus yang menyenangkan. Dijalanan kita bisa belajar teratur tanpa adanya aturan yang diatur-atur. Itulah enaknya hidup dan belajar dijalan. Kita bisa melihat dan menyuarakan cinta, optimisme sekaligus "kebencian dan dendam". Dijalanan perjuangan mereka adalah kehidupan mereka. Persoalan kalah-menang terletak pada kemampuan untuk menghidupi idealismenya. Karena disana kemenangan sejati justru dicapai pada wilayah kepuasan pribadi. Itulah kearifan jalanan.......
Next
« Prev Post Previous
This is the oldest page
« Prev Post Previous
This is the oldest page
Note: Only a member of this blog may post a comment.